class='date-header'>Sabtu, 29 Juni 2013

RAMADHAN 1434 H KINI KEMBALI

DASAR WAJIBNYA PUASA RAMADHAN
1. Al-Quran Surah (QS) Al-Baqarah 2:183:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Aartinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa, (QS Al-Baqarah 2:183)

2. Hadits Bukhari & Muslim (muttafaq alaih)
بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلاالله وأن محمدا رسول الله ، وإقام الصلاة ، ةإيتاء الزكاة ، والحج ، وصوم رمضان

Artinya: Islam dibangun atas lima perkara: kesaksian tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji, puasa Ramadhan.

3. Ijmak (kesepakatan) ulama. Semua ulama sejak dari kalangan Sahabat, Tabi'in, Tabi'it-tabi'in dan empat madzhab, dst sepakat atas wajibnya puasa Ramadhan.

Karena itu, orang yang ingkar atas wajibnya puasa Ramadhan dihukumi kafir.


SYARAT-SYARAT PUASA

Menurut madzhab Syafi'i dalam kitab Fathul Qorib syarat wajibnya puasa itu ada 4 (empat) yaitu:

1. Islam
2. Baligh
3. Berakal sehat
4. Mampu melaksanakan puasa

Catatan: syarat puasa adalah sesuatu yang harus terpenuhi sebelum melaksanakan puasa.


RUKUN/FARDHU-NYA PUASA

Rukun puasa dalam madzhab Syafi'i ada 4 (empat) berdasarkan kitab Fathul Qorib yaitu:

1. Niat dalam hati. Puasa dianggap tidak sah tanpa disertai dengan niat yang dilakukan di malam hari sebelum subuh (terbitnya fajar).
2. Menahan diri dari makan dan minum walaupun sedikit.
3. Menahan diri dari jimak (melakukan hubungan intim dengan suami/istri)
4. Menahan diri dari muntah yang disengaja.

Catatan: rukun puasa adalah sesuatu yang harus dilakukan saat pelaksanaan puasa.


NIAT PUASA RAMADHAN DALAM BAHASA ARAB

Niat diucapkan dalam hati tapi boleh juga sekaligus diucapkan secara lisan. Niat puara Ramadhan harus diucapkan malam hari mulai awal malam (terbenam matahari) sampai sebelum waktu Subuh.


نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدآءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّهِ تَعَالَى

Artinya: Saya niat puasa besok untuk melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan tahun ini karena Allah ta'ala.


DOA SETELAH BUKA PUASA RAMADHAN

DOA I:

اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْت
Artinya: Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka.

DOA II:

ذَهَبَ الظَّمَأُ، وابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَاللهُ
Artinya: Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki.

DOA III:

اَللَّهُمَّ إنِّي أَسْألُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ، أنْ تَغْفِرَ لِيْ

Artinya: Ya Allah, aku memohon rahmatmu yang meliputi segala sesuatu, yang dengannya engkau mengampuni aku.


YANG MEMBATALKAN PUASA

Berikut perkara-perkara yang membatalkan puasa Ramadhan atau puasa sunnah.

1. Sampainya sesuatu benda padat atau cair ke dalam perut/rongga atau kepala seperti mulut, kuping, dll atau yang tertutup
2. Sampainya sesuatu benda padat atau cair ke dalam perut/rongga yang tertutup.
3. Masuknya obat melalui jalan depan (kemaluan) atau belakang (anus).
4. Muntah secara sengaja.
5. Hubungan intim (jimak) suami istri dengan sengaja.
6. Keluar sperma selain jimak seperti onani, mengkhayal, atau mencium istrinya.
7. Haid
8. Nifas.
9. Gila
10. Murtad atau keluar dari Islam.

CATATAN:

(a) Yang dimaksud jalan/lobang/rongga terbuka (al-jauf al-munfatihi الجوف)المنفتح) dalam poin 1 adalah mulut, hidung, mata, kuping, lubang/saluran kencing, dubur (anus), jalan depan (qubul/kemaluan).

(b) Intinya adalah orang yang puasa harus menahan diri (imsak) dari masuknya sesuatu benda ke dalam sesuatu yang disebut al-jauf (perut/rongga dalam tubuh).


ORANG YANG BOLEH TIDAK PUASA RAMADAN

Puasa Ramadhan pada bulan Ramadhan itu wajib kecuali orang-orang yang berada dalam keadaan di bawah ini yang boleh tidak puasa tapi tetap wajib qadha (mengganti) di hari lain:

1. Safar/musafir (perjalanan)
2. Sakit.
3. Mengandung dan menyusui.
4. Jompo, atau usia lanjut.


AMALAN SUNNAH SELAMA PUASA

1. Sahur walaupun dengan seteguk air,
2. Menyegerakan berbuka (takjil).
3. Berdo’a ketika akan berbuka.
4. Menahan anggota tubuh untuk tidak melakukan hal hal yang bisa mengurangi pahala puasa.
5. Berusaha untuk mandi janabah atau mandi setelah haidh atau nifas sebelum
fajar, agar puasanya sejak pagi sudah dalam keadaan suci, walaupun jika mandinya dilakukan setelah fajar tetap puasanya dianggap sah.
6. Memberi makan pada orang lain untuk berbuka puasa, baik makanan ringan,
minuman atau lainnya, walaupun yang lebih utama adalah yang mengenyangkan.
7. I’tikaf, terutama pada sepuluh hari yang terakhir di bulan Ramadhan.


AMALAN MAKRUH SELAMA PUASA

1. Puasa wishol (dua hari bersambung tanpa berbuka).
2. Melakukan hubungan mesra dengan istri tanpa bersetubuh, seperti mencium, meraba, dan lain lain, karena dikhwatirkan bisa mengeluarkan air mani yang bisa membatalkan puasa, dan dikhawatirkan jatuh dalam persetubuhan yang haram untuk dilakukan, yang bisa memberatkan dalam hukuman.
3. Berlebih lebihan dalam melakukan hal yang mubah, seperti mencium wangi-wangian disiang hari bulan Ramadhan.
4. Mencicipi makanan, karena dikhawatirkan bisa tertdlan dan bisa tercampur ludah yang kemudian tertelan.
5. Berkumur dan istinsyaq (menghirup air dengan hidung) secara berlebihan, karena dikhwatirkan bisa tertelan yang mengakibatkan puasanya menjadi batal.


YANG MEMBATALKAN PAHALA PUASA

Perilaku yang membuat puasa seseorang tetapi sah, tapi tidak mendapat pahala dan fadhilah puasa

1. Ghibah (gosip)
2. Adu domba
3. Berbohong
4. Memandang lawan jenis dengan syahwat
5. Sumpah palsu.
6. Berkata jorok, porno atau jelek

Rasulullah SAW bersabda :
خمس يفطّرن الصائم الكذب والغيبة والنميمة واليمين الكاذبة والنظر بشهوة

Artinya: Lima perkara yang membatalkan (pahala) puasa: berbohong, ghibah (gosip), adu domba, sumpah palsu dan melihat dengan syahwat “ (H.R. Anas)


KEWAJIBAN BAGI YANG TIDAK PUASA RAMADAN

Orang yang tidak puasa Ramadhan baik karena sengaja atau tidak atau karena ada udzur memiliki kewajiban-kewajiban tertentu sesuai dengan sebab tidak puasanya sebagai berikut:


KEWAJIBAN ORANG TIDAK PUASA RAMADAN KARENA SAKIT, MUSAFIR, HAID, NIFAS

Orang-orang yang tidak puasa karena sebab-sebab di atas harus mengganti (qadha) puasanya pada hari lain di luar bulan Ramadhan.

Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah 2:185: وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

Artinya: Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.


KEWAJIBAN ORANG TIDAK PUASA RAMADAN KARENA MENYUSUI

Ibu yang menyusui yang tidak puasa Ramadhan ada dua tipe:
(a) Tidak puasa karena takut atas kesehatan dirinya seperti akan berakibat sakit maka boleh tidak berpuasa dan wajib meng-qadha tanpa harus membayar kafarat/fidyah.
(b) Tidap puasa karena kuatir akan kesehatan anaknya seperti takut sedikitnya ASI (Air Susu Ibu), ia boleh tidak puasa Ramadan tapi wajib mengganti (qadha) dan membayar kaffarah/fidyah 1 (satu) mud untuk setiap hari yang ditinggalkan.


KEWAJIBAN ORANG TIDAK PUASA RAMADAN KARENA HAMIL

(a) Tidak puasa karena takut atas kesehatan dirinya seperti akan berakibat sakit maka boleh tidak berpuasa dan wajib meng-qadha tanpa harus membayar kafarat/fidyah.
(b) Tidap puasa karena kuatir akan kesehatan anaknya seperti takut gugurnya kandungan, ia boleh tidak puasa Ramadan tapi wajib mengganti (qadha) dan membayar kaffarah/fidyah 1 (satu) mud untuk setiap hari yang ditinggalkan.


KEWAJIBAN ORANG TIDAK PUASA RAMADAN KARENA HUBUNGAN INTIM (JIMAK)

Pasutri (pasangan suami istri) yang melakukan hubungan seks/intim (jimak) pada siang hari bulan Ramadhan dalam keadaan berpuasa maka puasanya batal. Keduanya wajib (a) meng-qadha puasanya; dan (b) membayar kaffarah/denda berupa: (i) memerdekakan budak perempuan yang muslim; atau (ii) puasa 2 bulan berturut-turut; atau (iii) memberi makan 60 orang miskin/fakir masing-masing 1 (satu) mud atu 6.75 ons.


KEWAJIBAN ORANG TIDAK PUASA RAMADAN KARENA TUA, JOMPO, SAKIT TIDAK SEMBUH-SEMBUH

Orang-orang ini boleh tidak berpuasa apabila tidak mampu melakukannya. Tidak wajib meng-qadha (mengganti) puasa yang ditinggalkan. Tapi wajib membayar kaffarah/fidya berupa memberi makan orang miskin 1 (mud)/6.75 ons beras setiap hari.

1 (satu) mud sama dengan 6,75 ons

By.Sumber : http://www.alkhoirot.net/2011/08/puasa-ramadan.html

class='date-header'>Rabu, 26 Juni 2013

ULAMA DAN POLITIK

Ulama' itu ialah mereka yang takut hanya kepada Allah dari kalangan mereka yang diberi pengetahuan dan kefahaman oleh Allah Azza Wajalla tentang Islam yang lengkap dan syumul itu. Untuk menjelaskan perkara ini Allah berfirman surah Fatir ayat 28 yang bermaksud "Hanya sanya yang takut kepada Allah dari kalangan hamba-hambaNya ialah ulama."
Untuk menentukan kedudukan mereka di dalam Islam. Allah berfirman lagi dalam surah Az-Zumar ayat 9 yang maksudnya: "Katakan (wahai Muhammad) apakah sama golongan yang berilmu dengan tidak berilmu, sesungguhnya yang mempunyai aqal fikiran yang waras sahaja yang selalu ingatkan perintah Allah".
Firman Allah lagi yang bermaksud: "Allah mengangkat darjat orang yang beriman dan golongan yang berilmu pengetahuan dan Allah amat mengetahui apa yang kamu kerja- kan". (Surah Al-Mujadalah ayat 11). Untuk menjelaskan perkara-perkara yang sama, Rasulullah s.a.w bersabda yang aksudnya:"Sesiapa yang melalui sesuatu jalan untuk mencari ilmu pengetahuan, Allah memudahkan baginya jalan ke syurga dan sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya untuk penuntut ilmu kerana berpuas hati dengan perbuatannya, dan sesungguhnyaa orang-orang yang alim itu meminta ampun baginya oleh sekalian yang ada di langit dan di bumi sehinggalah ikan-ikan di air turut meminta ampun baginya.
Dan kelebihan orang alim berbanding dengan orang yang beribadah seperti kelebihan bulan berbanding sekalian bintang. Dan para ulamak itu adalah pewarisnya kepada para nabi, dan sesungguhnya para Nabi itu tidak meninggalkan emas dan perak malahan mereka meninggalkan ilmu pengetahuan. Sesiapa yang menerimanya maka ia mendapat bahagian yang cukup sempurna."
Ternyata daripada pembincangan di atas bahawa ulama' itu mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Rasulullah s.a.w meletakkan mereka sebagai pewarisnya para Nabi. Pewarisnya para nabi bermaksud "...ganti di dalam urusan menjaga agama dan mentadbir dunia dengannya".
Islam menghendaki supaya para ulama' menjadi pengganti nabi dalam urusan mentadbir dunia dan menjaga agama. Itulah yang difahami oleh para sahabat nabi dan para cerdik pandai Islam.Saidina Abu Bakar As-Siddiq, Umar Ibnul Khatab, Uthman Affan, Ali Bin Abi Talib dan lain-lain daripada khulafa' mengambil tempat Baginda Rasulullah s.a.w dalam urusan yang kita sebutkan di atas. Justeru itu, para cerdik pandai Islam yang menulis buku di bidang sakhsiah dan pentadbiran Baginda menyatakan bahawa jawatan-jawatan penting di dalam negara seperti khalifah, perdana menteri dan para hakim hendaklah disandang oleh para ulama' mujtahidin dari kalangan umat Islam.
Hal ini saudara akan dapati bila saudara-saudara membaca buku-buku yang ditulis oleh Imam Asy-Syafie, Al-Marbawi, Abu Ya'la, Ibnu Khaldun,Imam Haraimani, Imam Al- Ghazali dan lain-lain.Tertolak dari kajian-kajian dan kenyataan-kenyataan yang dibuat oleh para alim ulama' yang muktabar di zaman silam maka para penulis dan penganalisa Islam di zaman sekarang ini membuat beberapa rumusan antara lain:

1. Pemerintahan Islam itu adalah pemerintahan yang berasaskan agama. Hal ini antara lainnya diasaskan kepada kata-kata Imam Al-Ghazali "Agama itu asas dan kerajaan itu pengawal. Maka sesuatu yang tidak mempunyai asas ia akan tumbang dan sesuatu yang tidak ada pengawalnya ia akan hilang." 

2. Ia merupakan kerajaan yang dipandu oleh para ulama'. Hal ini adalah dipetik dari beberapa rumusan yang dibuat oleh para cendekiawan Islam yang mengatakan bahawa mengetahui syariat Islam sampai kepada peringkat ijtihad adalah salah satu daripada syarat-syarat kelayakan untuk menjadi ketua negara, perdana menteri dan hakim di dalam negara Islam.Dan hendaklah kamu menjalankan hukum (pemerintahan) di kalangan mereka berdasarkan kepada apa yang diturunkan oleh Allah.
Siapakah yang lebih arif tentang apa yang diturunkan oleh Allah kalau tidak para ulama'. Piagam Madinah jelas menyatakan bahawa rujukan kepada kerajaan Islam itu ialah kitab Allah dan Sunnah Rasulullah. Maksudnya:"Dan sesungguhnya apa jua yang berlaku di kalangan mereka yang menandatangani piagam ini, yang khuatiri berlaku kerosakan/ kehuruharaan maka kitab Allah dan sunnah RasulNya menjadi rujukan. "
Mengimbas kembali kepada apa yang dibentang dan apa yang berlaku di zaman Rasululullah s.a.w. dan zaman para Khulafa Ar- Rayidin mengajak kita berfikir dan membuat rumusan tentang kedudukan ulama' di dalam politik di sesebuah negara. Ia bukan sekadar melibatkan diri di dalam politik malahan menjadi tunggak kepada kepimpinan negara.
Hal ini jelas apabila Al-Imam Al-Mawardi mengatakan antara lain " Apabila berlaku kekosongan jawatan ketua negara maka dua golongan masyarakat haruslah tampil ke hadapan untuk mengisi kekosongan itu. Golongan pertama ialah golongan yang mempunyai kelayakan menjadi calon (ketua negara) manakala golongan kedua pula ialah golongan yang layak menjadi penapis calon. Golongan yang layak menjadi calon sudah barang tentu dari kalangan ulama' kerana salah satu daripada syarat-syarat kelayakan itu ialah memahami syariat sampai ke peringkat ijtihad".
Golongan ulama' bukan sekadar menjadi penasihat kepada negara/kerajaan tetapi mereka adalah pemegang polisi dan pelaksana kepada dasar negara.
Perancangan mengenai kedudukan ulama' dan keterlibatan mereka dalam politik tanahair berlaku
apabila negara-negara umat Islam disekularismakan oleh penjajah. Merekalah yang memisahkan agama dan politik. Mereka mendualismakan cara hidup umat Islam. Satu cara hidup perseorangan dan sekeluargaan dan satu lagi cara hidup bernegara.
Mereka mengekalkan cara hidup kekeluargaan mengikut hukum-hakam Islam, manakala cara hidup bernegara mereka pisahkan daripada Islam. Hal ini menjadikan sistem politik, pentadbiran, perundangan pendidikan, kemasyarakatan, perekonomian dan lain-lain di negara umat Islam dipisahkan daripada sistem Islam.
Justeru itu dalam sesebuah negara umat Islam hari ini diwujudkan dua penasihat: penasihat agama yang dinamakan mufti dan satu lagi penasihat undang-undang.Namun demikian para mufti tidak diberi apa-apa kuasa/peranan yang mustahak di dalam sesebuah negara. Mereka tidak dianggap orang penting. Pandangan mereka tidaklah wajib ditaati oleh kerajaan berbeza dengan penasihat undang-undang/peguam negara.
Ekoran daripada itu institusi ulama' tidak diberi penghargaan dan penghormatan yang sewajarnya.
Dalam keadaan begini ulama' pula berpecah kepada beberapa golongan. Hal ini bolehlah kita dapati di dalam perbincangan yang selanjutnya.
Ulama Islam Di Zaman Sekarang bolehlah dibahagikan kepada lima kumpulan:

1) Ulama' yang baik, bertaqwa, ikhlas, amalan dan ibadat mereka semata-mata kepada Allah. Namun demikian mereka mengasingkan diri daripada dunia. Mereka tidak mengambil tahu tentang permasalahan orang Islam walaupun sedikit.
Mereka saling tak tumpah seperti ahli-ahli tasawuf di zaman mutakhir Islam iaitu tasawuf yang negatif yang mengasingkan diri daripada dunia. Mereka melihat bahawa menjauhi diri daripada dunia adalah satu jalan selamat untuk mereka dan suatu amalan bertaqarrub kepada Allah Azza Wajalla.
Oleh kerana itu terdapat terlalu ramai dari kalangan orang-orang Islam dewasa ini yang menjadi mangsa kepada segala taghut dan sizalim.Ulama' tidak mengambil tanggung- jawab dalam mempertahankan orang-orang Islam samada pada hak-haknya, aqidahnya, kemuliaannya, kehormatannya dan lain-lain lagi.
Taghut (yakni pemerintah yang mementingkan diri sendiri sifat mengumpul harta dgn cara yang tak baik,menghalalkan arak dan judi,riba ,maksiat , menolak hukum Allah dan sebagainya) terus bermaharajalela tanpa mendengar sebarang peringatan dan nasihat untuk berbuat kebaikan.Sepatutnya para alim ulama' memberitahu betapa si zalim akhirnya pasti akan mendapat tentangan yang hebat daripada rakyatnya.
Kumpulan ulama' seperti ini terus membuang amalan yang dilakukan oleh orang yang terdahulu dari mereka. Walau apa pun yang terjadi mereka tidak bersedia untuk turun ke medan demi untuk menghayati firman Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam surah Ali-Imran:104. Dan untuk menghayati sabda junjunganNya.

2- Golongan yang sangat setia kepada Islam, cemburu kepadanya namun begitu mereka terlalu baik hati, niat mereka terlalu ikhlas. Mereka memberikan penilaian bahawa setiap orang yang mencium tangannya, menghadirkan diri di dalam majlis zikir serta menghadiri jemputan mereka sebagai orang yang cintakan agamanya.
Justeru itu ramai di kalangan penipu yang berjaya menipu ulama' yang seperti ini. Mereka dikurniakan untuk berkhutbah di masjid-masjid, di majlis-majlis kempen pilihan raya untuk memberi sokongan kepada "fikr" (individu) tertentu.
Tulisan-tulisan mereka memihak dan memuja-muja orang-orang tertentu pada hal orang yang dipuji adalah orang yang paling ketat permusuhannya dengan Islam, kalau mereka mempunyai sedikit sifat "huzr" sudah barang tentu mereka tidak dapat diperalatkan oleh golongan itu.

3) Mereka yang sangat cintakan agama, cemburu kepadanya. Mereka menjalankan amar ma'ruf dan nahi mungkar, akan tetapi mereka lupa kepada ruh as-syariah dan risalahnya di bidang kemasyarakatan dan sosial. Mereka terlalu mengambil berat tentang solat, siam dan lain-lain syiar agama namun begitu mereka tidak mengambil "haqna" tentang maqasid asy-syariah. Mereka tidak begitu mengambil peduli bahawa solat, siam, dan lain-lain syiar Islam sebagai pusat latihan untuk manusia, latihan moral, hati dan lain-lain.
Oleh kerana itu kita dapati mereka ini berlumba-lumba menunaikan solat bila mendengar azan namun demikian mereka masih memakan riba, mereka masih menjadi si zalim, pengkhianat bangsa dan negara. Mereka bermusuh dengan lelaki yang memakai emas tetapi terus membisu terhadap pemerintah yang tidak melaksanakan hukum-hukum syariah dan terlibat dengan rasuah.
Jika mereka ditanya siapa yang lebih besar dosanya di sisi Allah, yang memakai cincin emas atau pemimpin yang tidak menjalankan hukum Allah? Mereka sudah tentu akan menjawab bahawa pemerintah yang tidak menjalankan hukum Allah itu lebih besar dosanya. Tetapi mereka terus membisu.

4) Ulama' jahat Mereka mencari makan dengan menggunakan agama dan mempergunakan syariat. Mereka menghampiri semua taghut, bersahabat dengan semua yang jahat dan zalim, mereka terus menyokong golongan tersebut. Islam tercabar oleh mereka.
Gerakan Islam difitnah oleh mereka. Mereka tidak merasa malu untuk mengatakan bahawa
perjuangan untuk menegakkan Islam adalah perjuangan sesat, pecah belah masyarakat, keterlaluan dan tidak sederhana dan sebagainya.
Pada mereka dikata orang: Si fasiq yang melakukan segala maksiat kerana untuk mendapat harta dan
kelazatan hidup dunia lebih bertaqarrub kepada Allah berbanding dengan si alim yang menjadi pengampu kepada segala yang taghut. Mereka mengkhianati Allah dan RasulNya serta amanah kaum muslimin. Mereka mengkhianati amanah ummah dengan memberi sokongan kepada si penjenayah.

5) Ulama' muslihun harkiyun Mereka memahami bahawa Islam satu cara hidup yang membawa kesejahteraan kepada manusia. Islam pembebas ummat daripada memperhambakan diri kepada yang lain daripada Allah. Mereka ini berhempas pulas berusaha untuk mengajak ummah kembali menghayati syariatnya di samping mengajak ummah manusia seluruhnya menganut agama Islam.
Keterlibatan mereka di dalam kerja-kerja Islam sangat kelihatan. Begitu juga dalam kancah politik tanah air tidak dapat dinafikan lagi. Mereka memberi kesedaran betapa perlunya umat Islam membebaskan diri dari belenggu penjajahan samada penjajahan politik, ekonomi, pemikiran dan lain-lain lagi.
Hampir keseluruhan negara umat Islam mencapai kemerdekaan melalui usaha-usaha mereka yang gigih itu, namun demikian usaha mereka untuk menjadikan umat menghayati syariatnya dalam semua aspek belum mendapat kejayaan.
Ini adalah disebabkan kerana negara-negara umat Islam meminggirkan para ulama' daripada pentadbiran dan pemerintahan negara selepas mencapai kemerdekaan. Akhirnya mereka menjadi musuh buruan oleh pemerintah yang juga mengaku ianya Islam. Atas nama Islam mereka ditangkap, dipenjara dan berbagai-bagai lagi.Mereka bukan sahaja dikecam oleh pemerintah tetapi juga oleh golongan ulama' yang boleh dipergunakan oleh pemerintah.
Kalau golongan ulama' yang pernah digunakan oleh para pemerintah sedar, lebih-lebih lagi jika dikaitkan dengan situasi yang ada sekarang ini, maka sudah tentu mereka dapat mengerti bahawa yang sebenarnya menjadi musuh kepada kerajaan warisan penjajah itu ialah Islam.
Siapa sahaja yang ingin melaksanakan Islam - yang hendak menerangkan Islam seperti mana yang dilaksana dan diterangkan oleh al-Quran dan as-Sunnah - pasti akan mendapat tentangan daripada kerajaan warisan itu.
Justeru itu para alim ulama' hari ini haruslah memahami betul-betul sabda junjungan kita s.a.w.: Maksudnya:"Bandingan orang yang tegak lurus di atas landasan syariat dengan orang yang melanggarnya, saling tak tumpah seperti suatu kumpulan yang sama-sama memberi saham di dalam membeli/menaiki sebuah bahtera.
Satu golongan mendapat di bahagian bawah dan satu golongan lagi mendapat di bahagian atas. Kumpulan yang berada di bahagian bawah apabila mengingini air terpaksa menaiki tingkat atas dan menyusahkan kawan-kawan mereka. Lalu mereka berfikir sekiranya bahagian mereka di sebelah bawah dibocorkan senanglah mereka mendapat air (tidak payah naik ke tingkat atas lagi) Kalau sekiranya kehendak mereka diberikan nanti semua mereka akan mati, tetapi sebaliknya kalau kehendak mereka itu disekat semua orang akan selamat."
Betapa jelasnya hadith ini menerangkan kepada kita kalau sekiranya golongan perosak itu dibiarkan berkuasa sudah barang tentu agama kita dimusnahkan dan negara kita akan dihancurkan. Jalan selamat ialah para alim ulama' haruslah bersatu mengemblengkan tenaga dan fikiran untuk menangani masalah politik tanah air.

Mungkin orang akan mempersoalkan apakah yang boleh dilakukan oleh para ulama'? Banyak sekali kerja yang boleh dilakukan oleh para ulama' di dalam menangani keadaan yang ada sekarang ini. Antara lain:
1) Bertindak menjelaskan Islam dari semua sudut dan aspek kepada semua lapisan masyarakat.
2) Mengadakan perbandingan yang rapi dan terperinci antara Islam dan yang bukan Islam dalam semua aspek seperti ekonomi, undang-undang, politik, pentadbiran, pemerintahan dan sebagainya.
3) Menghapuskan segala kekeliruan yang diperlakukan kepada Islam.
4) Mentarbiyyah dan mendidik orang-orang Islam supaya benar-benar mengerti Islam dan perjuangan untuk menegakkan Islam.
5) Menyusun rapi segala tenaga yang telah dididik supaya semuanya berfungsi dan berperanan.
6) Menjadi benteng kepada Islam untuk menghadapi segala cabaran golongan taghut dan seterusnya mengundurkan golongan tersebut dari kerusi masing-masing melalui cara-cara yang dihalalkan oleh undang-undang.
7) Melibatkan diri dalam semua kegiatan kemasyarakatan dan politik tanah air.
8) Menjaga batas-batas iman dan kufur.

Oleh :Yus Sumber :http://adlizakaria.blogspot.com/

class='date-header'>Selasa, 25 Juni 2013


BADAN HISAB DAN RUKYAT

Sumber : http://aceh.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=18571
 










 امساكية رمضان ١٤٣٤  
IMSAKIYAH RAMADHAN 1434 H / 2013 M
Untuk Sigli ( Markaz  5° 23' LU - 95° 57' BT) dan sekitarnya
Rama- H a r i Juli/ Agustus Imsak Shubuh Syuruq Dhuhur Ashar Maghrib Isya
dhan
1 Rabu 10 4:57 5:07 6:28 12:44 16:10 18:56 20:12
2 Kamis 11 4:57 5:07 6:28 12:44 16:10 18:56 20:12
3 Jum'at 12 4:57 5:07 6:28 12:44 16:10 18:56 20:12
4 Sabtu 13 4:57 5:07 6:28 12:44 16:10 18:56 20:12
5 Ahad 14 4:58 5:08 6:28 12:44 16:10 18:56 20:11
6 Senin 15 4:58 5:08 6:28 12:44 16:10 18:57 20:11
7 Selasa 16 4:58 5:08 6:29 12:44 16:10 18:57 20:11
8 Rabu 17 4:58 5:08 6:29 12:44 16:09 18:57 20:11
9 Kamis 18 4:58 5:08 6:29 12:44 16:09 18:57 20:11
10 Jum'at 19 4:58 5:08 6:29 12:44 16:09 18:57 20:11
11 Sabtu 20 4:58 5:08 6:29 12:44 16:09 18:57 20:11
12 Ahad 21 4:59 5:09 6:29 12:45 16:09 18:57 20:11
13 Senin 22 4:59 5:09 6:30 12:45 16:09 18:57 20:11
14 Selasa 23 4:59 5:09 6:30 12:45 16:09 18:57 20:11
15 Rabu 24 4:59 5:09 6:30 12:45 16:09 18:56 20:11
16 Kamis 25 4:59 5:09 6:30 12:45 16:08 18:56 20:10
17 Jum'at 26 5:00 5:10 6:30 12:45 16:08 18:56 20:10
18 Sabtu 27 5:00 5:10 6:30 12:45 16:08 18:56 20:10
19 Ahad 28 5:00 5:10 6:30 12:45 16:08 18:56 20:10
20 Senin 29 5:00 5:10 6:30 12:45 16:07 18:56 20:10
21 Selasa 30 5:00 5:10 6:30 12:45 16:07 18:56 20:10
22 Rabu 31 5:00 5:10 6:30 12:45 16:07 18:56 20:09
23 Kamis 1 5:01 5:11 6:30 12:45 16:06 18:55 20:09
24 Jum'at 2 5:01 5:11 6:30 12:44 16:06 18:55 20:09
25 Sabtu 3 5:01 5:11 6:30 12:44 16:06 18:55 20:08
26 Ahad 4 5:01 5:11 6:31 12:44 16:05 18:55 20:08
27 Senin 5 5:02 5:12 6:31 12:44 16:05 18:55 20:08
28 Selasa 6 5:02 5:12 6:31 12:44 16:04 18:55 20:07
29 Rabu 7 5:02 5:12 6:31 12:44 16:04 18:54 20:07










1.   Ijtima' awal bulan Ramadhan 1434 H, pukul 14:16:07 WIB, hari Senin 08 Juli 2013.M. Ketinggian hilal untuk markaz
      Pantai  Lhoknga, Aceh Besar  ( 5° 27' 59" LU - 95° 14' 32,2" BT )  =   0° 6' 42" di atas ufuq. Tanggal 1 Ramadhan  
      1434 H jatuh pada hari Rabu  tanggal  10 Juli 2013 M.




2.   Ijtima' awal  Syawal 1434 H pukul  04: 51: 20  WIB, hari  Rabu 7 Agustus  2013.M.  Ketinggian hilal untuk markaz
      Pantai Lhoknga, Aceh Besar ( 5° 27' 59" LU - 95° 14' 32,2" BT )  = 2° 53' 21" di atas ufuq.  Tanggal 1 Syawal 1434 H,
      Jatuh pada hari Kamis  tanggal  8 Agustus 2013 M




3.   Penentuan tanggal 1 Ramadhan dan 1 Syawal akan diumumkan secara resmi oleh Menteri Agama Republik Indonesia.










CATATAN :







1.   Jadwal ini berlaku untuk Sigli, Beureuneun, Kota Bakti, Jabal Ghafur, Titeu,  Tangse, Geulumpang Meunyeuk, 
      Simpang Tiga, Kembang Tanjung, Caleue, Garot, Grong-grong, Batee, Tiro, Lhok Keutapang dan Bengga.
2.   Padang Tiji, Simpang Beutong dan Laweueng


+ 1 menit
3.  Geumpang dan Kubu Aneuk Manyak



- 1 menit