Kisahnya itu kita mulai dari sini :
Sebelumnya mereka adalah bangsa yang terlunta-lunta tanpa tempat
tinggal. Tak satu pun bangsa lain di dunia ini yang rela ditumpangi
karena khawatir prilaku licik mereka yang selalu kelewatan. Kelicikan
ini didukung pula oleh kecerdasannya yang konon memang lumayan. Akibat
tersohornya kelicikan ini sampai-sampai bangsa Jerman sempat berhasrat
untuk melenyapkan mereka dari muka bumi.
Yahudi. Ya merekalah si Yahudi itu.
Lalu entah darimana tiba-tiba mereka teringat dengan [konon] tanah
para leluhurnya yang dulu-dulu sekali itu (yaitu daerah palestina plus
sekitarnya sekarang). Opininya adalah tanah itu merupakan tanah nenek
moyang yang mereka akui dari keturunan Musa as dulu. Duh, padahal kita
tahu ajaran musa sendiri mereka khianati.
Lalu dirancanglah skenario itu.
Dengan dibantu oleh bangsa-bangsa lain yang ketakutan tanahnya
sendiri direbut oleh si Yahudi ini maka strategi licik itu dimulai.
Mulanya sempat tanah yang ditentukan itu adalah dataran brazil sekarang,
argentina dan uganda dan sampai akhirnya mereka memutuskan daerah
palestina saja. Apalagi mereka bisa menggunakan alasan historis dan
kitab suci untuk merebut daerah palestina plus-plus tersebut.
Penguasa di palestina saat itu pada mulanya sangat kuat dan konsisten
dalam mempertahankan tanahnya sendiri. Jangankan di jual sejengkal,
untuk ditumpangi sekejap saja pun tidak digubris setiap si Yahudi atau
calo-calonya mencoba mencari simpati di awal skenario tadi.
Tapi apa akhirnya …
Yah begitulah… mereka memang licik bersama dengan kecerdikannya.
Sebagian dari bangsa palestina dan arab lain pada waktu itu ada juga
yang lengah, apalagi saat kolonial Inggris berhasil menjajah. Pada
mulanya istilah numpang. “Bolehkah kami numpang di daerahmu ini
sebentaa…aar aja, masalahnya kami dimana-mana diusir dan dipencilkan
oleh bangsa lain, apa kalian tidak kasihan dengan kami ?”
Katakanlah pada mulanya mereka diberi tumpangan atas dasar belas
kasihan. Lama kelamaan mereka bisa membeli, di waktu berikutnya merebut,
dan sekarang mereka merasa memiliki. “Ini tanah kami lho“, katanya. “Tuhan memang menghadiahkannya untuk kami“.
Lalu pelan-pelan mereka terus mengatur siasat untuk dapat mengusir sang tuan rumah dari tanahnya sendiri.
Sedari dahulu bangsa Yahudi ini memang begitu. Mereka seperti
ditakdirkan untuk menjadi ujian bagi manusia lain di kehidupan ini.
Mereka berkali-kali mencoba membunuh utusan Tuhan (seperti kasus Isa
as), mengobrak-abrik ajaran para utusan-NYA itu dan selalu menindas
manusia lain saat diberi kekuasaan (kekuatan) sedikit saja.
Begitulah seperti halnya yang kita saksikan akhir-akhir ini.
Tuhan seperti memberi kesempatan pada kita untuk menyaksikan dan
membuktikan akan kebejatan mereka setelah ada sebagian dari
saudara-saudara kita yang tertipu. Tertipu dengan alasan-alasan
kemanusiaannya (humanisme), tertipu dengan alasan kesamaannya
(pluralisme) dan tertipu dengan logika pemaksaan pembenaran (apologis)
yang dirancangnya.
Sebagian memang ada bangsa Yahudi ini yang baik, yang tersadar dari
fitrahnya, seperti halnya di zaman rasulullah terdapat sejumlah yahudi
yang menjadi muslim.
Tapi Yahudi-Israel yang kita saksikan saat ini benar-benar telah
membukakan mata kita sendiri bahwa mereka memang musuh kita yang sebenar
nyata.
—
Kisah Lengkapnya (diambil dari salah satu situs ) :
Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan nama Israel. Terutama
setiap penyerangan ugal-ugalannya terhadap bangsa palestina. Sebenarnya
siapa sih bangsa Israel itu?
Nama Yahudi barangkali
diambil dari Yehuda. Yehuda adalah salah seorang putra nabi Yakub
(Kejadian 29: 22) yang kemudian hari dijadikan nama salah satu kerajaan
Israel yang pecah menjadi dua, setelah Solomon (Sulaiman) meninggal (1
Raja-Raja 12). Sedangkan nama Israel adalah nama yang diberikan Tuhan
kepada Yakub, setelah Yakub memenangkan pergulatan melawan Tuhan
(Kejadian 32:28). Karena dosa-dosanya yang sudah tidak termaafkan lagi,
bangsa Israel ini dihukum oleh Tuhan dengan menghancurkan kerajaan yang
mereka miliki (2 Raja-Raja 17:7-23).
Bangsa Yahudi sangat terobsesi oleh kitab suci mereka, bahwa hanya
merekalah satu-satunya bangsa yang dipilih oleh Tuhan untuk menguasai
dunia ini. Bukankah Tuhan juga yang menyatakan kepada nenek moyang
mereka Ibrahim, bahwa dari keturunan Ibrahimlah Tuhan akan menurunkan
raja-raja didunia ini. Bagi mereka, keturunan Ibrahim hanyalah anak cucu
yang lahir dari Sarah, isteri pertama Ibrahim, sehingga keberadaan
Ismael anak sulung Ibrahim dari Hajar, dianggap tidak ada. Atas
kecongkakkan dan kesombongan ini, Tuhan murka kepada bani Israel.
Beratus-ratus tahun mereka menjadi warga negara kelas kambing yang
tertindas di negeri Firaun. Setelah Musa berhasil membawa mereka keluar
dari Mesir, bangsa Israel sempat mempunyai kerajaan yang dibangun oleh
Daud dan mencapai masa keemasannya ditangan Solomon. Kerajaan yang
kemudian pecah menjadi dua karena intrik anak-anak Solomon, lalu menjadi
lemah dan akhirnya mereka dijajah oleh Firaun Nekho (2 Raja-Raja
23:31-35). Diusir sebagai orang buangan oleh Nebukadnezar bangsa
Babilonia (2 Raja-Raja 25:1-21). Dijajah oleh Romawi. Dimusnahkan oleh
Nazi, Jerman. Kesemuanya itu adalah hukuman Tuhan, kepada bangsa yang
oleh Yesus (Isa al Masih) disebut sebagai keturunan bangsa ular beludak
(Matius 23:33). Hukuman tersebut tidak membuat mereka jera, dan
bertobat. Malah menjadikan dendam kesumat dihati bangsa ini untuk
melawan Tuhan, Allah Maha Pencipta.
Kecongkakkan mereka dengan menganggap diri sebagai bangsa pilihan
Tuhan satu-satunya yang berhak memerintah dunia ini, membuat mereka
dengan sombongnya bersumpah, untuk memerangi agama lain selain agama
mereka dengan segala cara, persis ketika Iblis bersumpah kepada Tuhan
untuk memperdayai anak cucu Adam, sampai dunia kiamat nanti. Tuhanpun
memperingatkan ummat Islam, melalui Al-Quran untuk berhati-hati terhadap
tipu daya Yahudi ini.
Pegangan mereka adalah kitab Talmud. Yang merupakan kitab setan,
karena sangat jauh menyimpang, bahkan mungkin bertolak belakang dengan
ajaran Taurat.
Nabi Daud AS, yang juga raja, menaklukkan bukit Zion yang merupakan
benteng dari kaum Yabus. Nabi Daud AS tinggal di benteng itu dan
diberinya nama: “bandar Daud” (Samuel II 5:7-9)
Sejak itu maka Zion menjadi tempat suci, dikeramatkan orang-orang
Yahudi yang mereka percayai bahwa Tuhan tinggal di tempat itu:
“Indahkanlah suaramu untuk Tuhan Yang menetap di Zion” (Mazmur 9:11).
Zionisme ialah gerakan orang-orang Yahudi yang bersifat ideologis
untuk menetap di Palestina, yakni di bukit Zion dan sekitarnya. Walaupun
Nabi Musa AS tidak sampai pernah menginjakkan kaki beliau di sana,
namun orang-orang Yahudi menganggap Nabi Musa AS adalah pemimpin pertama
kaum Zionis.
Untuk mencapai cita-citanya, Zionisme membangkitkan fanatisme
kebangsaan (keyahudian), keagamaan dengan mempergunakan cara kekerasan
untuk sampai kepada tujuannya. Zionisme memakai beberapa tipudaya untuk
mengurangi dan menghilangkan sama sekali penggunaan kata “Palestina”,
yakni mengganti dengan perkataan-perkataan lain yang berkaitan dengan
sejarah bangsa Yahudi di negeri itu. Digunakanlah nama “Israel” untuk
negara yang telah didirikan oleh mereka, sebab Zionisme di Palestina
identik dengan kekerasan, kezaliman dan kehancuran. Kaum Zionis
mengambil nama Israel adalah untuk siasat guna mengelabui dan menipu
publik, bahwa negara Israel itu tidak akan menggunakan cara-cara yang
biasa digunakan oleh kaum Zionis. Pada hal dalam hakikatnya secra
substansial tidaklah ada perbedaan sama sekali antara Israel dengan
Zionisme. Israel sendiri berasal dari dua kata, isra mempunyai arti
hamba, dan ell berarti Allah.
Secara substansial protokol Zionisme adalah suatu konspirasi jahat
terhadap kemanusiaan. Protokol berarti pernyataan jika dinisbatkan
kepada para konseptornya, dan berarti laporan yang diterima serta
didukung sebagai suatu keputusan jika dikaitkan pada muktamar di Bale,
Switzerland, tahun 1897, yang diprakarsai oleh Teodor Herzl.
Protokol-protokol itu yang sebagai dokumen rahasia disimpan di tempat
rahasia, namun beberapa diantaranya dibocorkan oleh seorang nyonya
berkebangsaan Perancis yang beragama Kristen dalam tahun 1901. Dalam
perjumpaan nyonya itu dengan seorang pemimpin teras Zionis di rumah
rahasia golongan Mesonik di Paris, nyonya itu sempat melihat sebagian
dari protokol-protokol itu. Nyonya itu sangat trperanjat setelah membaca
isinya. Ia berhasil mencuri sebagian dari dokumen rahasia itu, yang
disampaikannya kepada Alex Nikola Nivieh, ketua dinas rahasia Kekaisaran
Rusia Timur.
Sebagian kecil dari protokol-protokol Zionisme itu akan disampaikan seperti berikut:
- Manusia terbagi atas dua bagian, yaitu Yahudi dan non-Yahudi yang
disebut Joyeem, atau Umami. Jiwa-jiwa Yahudi dicipta dari jiwa Tuhan,
hanya mereka sajalah anak-anak Tuhan yang suci-murni. Kaum Umami
berasal-usul dari syaithan, dan tujuan penciptan Umami ini untuk
berkhidmat kepada kaum Yahudi. Jadi kaum Yahudi merupakan pokok dari
anasir kemanusiaan sedangkan kaum Umami adalah sebagai budak Yahudi.
Kaum Yahudi boleh mencuri bahkan merampas harta benda kaum Umami, boleh
menipu mereka, berbohong kepada mereka, boleh menganiaya, boleh membunuh
serta memperkosa mereka. Sesungguhnya tabiat asli kaum Yahudi ini bukan
hanya ada disebutkan dalam protokol dokumen rahasia Zionis tersebut,
melainkan ini adalah warisan turun temurun sejak cucu Nabi Ibrahim AS
dari jalur Nabi Ishaq AS ini mulai mengalami dekadensi (baca: busuk ke
dalam), yaitu sepeninggal Nabi Sulaiman AS. Ini diungkap dalam Al Quran
(transliterasi huruf demi huruf): QALWA LYS ‘ALYNA FY ALAMYN SBYL (S. AL
‘AMRAN, 75), dibaca: qa-lu- laysa ‘alayna- fil ummiyyi-na sabi-l (s.
ali ‘imra-n), artinya: mereka berkata tidak ada dosa bagi kami terhadap
orang-orang ummi (3:75).
- Protokol Zionisme tentang faham jiwa-jiwa Yahudi dicipta dari jiwa
Tuhan, hanya mereka sajalah anak-anak Tuhan yang suci-murni, sangatlah
menyimpang dari syari’at yang dibawakan oleh Nabi Musa AS. Mereka yang
menyimpang inilah yang dimaksud dengan almaghdhu-b, artinya yang
dimurkai dalam Surah Al Fa-tihah ayat 7.
- Protokol-protokol Zionisme itu merancang juklatnya dengan
menye-barkan faham-faham yang bermacam-macam. Faham yang mereka tebarkan
berbeda dari masa ke masa. Suatu waktu mempublikasikan sekularisme
kapitalisme, suatu waktu menebar atheisme komunisme, suatu waktu
berse-lubung agnostik sosialisme. Untuk menebarkan pengaruh
internasional, protokol-protokol itu antara lain berisikan perencanaan
keuangan bagi kerajaan Yahudi Internasional yang menyangkut mata uang,
pinjaman-pinjaman, dan bursa. Media surat kabar adalah salah satu
kekuatan besar dan melalui jalan ini akan dapat memimpin dunia. Manusia
akan lebih mudah ditundukkan dengan bencana kemiskinan daripada
ditundukkan oleh undang-undang.
Pada tahun 1902 dokumen rahasia Zionis itu diterbitkan dalam bentuk
buku berbahasa Rusia oleh Prof. Nilus dengan judul ‘PROTOKOLAT
ZIONISME’. Dalam kata pengantarnya Prof. Nilus berseru kepada bangsanya
agar berhati-hati akan satu bahaya yang belum terjadi. Dengan seruan itu
terbongkarlah niat jahat Yahudi, dan hura-hura pun tak bisa
dikendalikan lagi, dimana saat itu telah terbantai lebih kurang 10.000
orang Yahudi. Theodor Herzl, tokoh Zionis Internasional berteriak geram
atas terbongkarnya Protokolat mereka yang amat rahasia itu, karena
tercuri dari pusat penyim-panannya yang dirahasiakan, dan
penyebar-luasannya sebelum saatnya akan membawa bencana. Peristiwa
pembantaian atas orang-orang Yahudi itu mereka rahasiakan. Lalu mereka
ber-gegas membeli dan memborong habis semua buku itu dari toko-toko
buku. Untuk itu, mereka tidak segan-segan membuang beaya apa saja yang
ada, seperti ; emas, perak, wanita, dan sarana apa saja, asal
naskah-naskah itu bisa disita oleh mereka.
Mereka menggunakan semua pengaruhnya di Inggris, supaya Inggris mau
menekan Rusia untuk menghentikan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi
di sana. Semua itu bisa terlaksana setelah usaha yang amat berat.
Pada tahun 1905 kembali Prof. Nilus mencetak ulang buku itu dengan
amat cepat dan mengherankan. Pada tahun 1917 kembali dicetak lagi, akan
tetapi para pendukung Bolshvic menyita buku protokolat itu dan
melarangnya sampai saat ini. Namun sebuah naskah lolos dari Rusia dan
diselun-dupkan ke Inggris oleh seorang wartawan surat kabar Inggris ‘The
Morning Post’ yang bernama Victor E.Mars dan dalam usahanya memuat
berita revolusi Rusia. Ia segera mencarinya di perpustakaan Inggris,
maka didapatinya estimasi tentang akan terjadinya revolusi komunis. Ini
sebelum lima belas tahun terjadi, yakni di tahun 1901. Kemudian wartawan
itu menterjemahkan Protokolat Zionis itu ke dalam bahasa Inggris dan
dicetak pada tahun 1912.
Hingga kini tidak ada satu pun penerbit di Inggris yang berani
mencetak Protokolat Zionis itu, karena kuatnya pengaruh mereka di sana.
Demikian pula terjadi di Amerika. Kemudian buku itu muncul dicetak di
Jerman pada tahun 1919 dan tersebar luas ke beberapa negara. Akhirnya
buku itu diterjemah-kan ke dalam bahasa Arab, antara lain oleh Muhammad
Khalifah At-Tunisi dan dimuat dalam majalah Mimbarusy-Syarq tahun 1950.
Perlu diketahui, bahwa tidak ada orang yang berani mempublikasikan
Protokolat itu, kecuali ia berani menghadapi tantangan dan kritik pedas
pada koran-koran mereka, sebagaimana yang dialami oleh penerjemah ke
dalam bahasa Arab yang dikecam dalam dua koran berbahasa Perancis yang
terbit di Mesir.
Setelah melalui proses yang amat panjang akhirnya pada 14 Mei 1948
silam, kaum Yahudi memproklamirkan berdirinya negara Israel. Dengan
kemerdekaan ini, cita-cita orang orang Yahudi yang tersebar di berbagai
belahan dunia untuk mendirikan negara sendiri, tercapai. Mereka berhasil
melaksanakan “amanat” yang disampaikan Theodore Herzl dalam tulisannya
Der Judenstaat (Negara Yahudi) sejak 1896. Tidaklah mengherankan jika di
tengah-tengah negara-negara Timur Tengah yang mayoritas menganut agama
Islam, ada sekelompok manusia yang berkebudayaan dan bergaya hidup
Barat. Mereka adalah para imigran Yahudi yang didatangkan dari berbagai
negara di dunia karena mengalami pembantaian oleh penguasa setempat.
Sejak awal Israel sudah tidak diterima kehadirannya di Palestina,
bahkan di daerah mana pun mereka berada. Karena merasa memiliki
keterikatan historis dengan Palestina, akhirnya mereka
berbondong-bondong datang ke Palestina. Imigrasi besar-besaran kaum
Yahudi ini terjadi sejak akhir tahun 1700-an. Akibat pembantaian
diderita, maka mereka merasa harus mencari tempat yang aman untuk
ditempati. Oleh Inggris mereka ditawarkan untuk memilih kawasan
Argentina, Uganda, atau Palestina untuk ditempati, tapi Herzl lebih
memilih Palestina.
Herzl adalah The Founding Father of Zionism. Dia menggunakan zionisme
sebagai kendaraan politiknya dalam merebut Palestina. Kemampuannya
dalam melobi para penguasa dunia tidak diragukan lagi. Sederetan
orang-orang terkenal di dunia seperti Paus Roma, Kaisar Wilhelm Jerman,
Ratu Victoria Inggris, dan Sultan Turki di Istambul telah
ditaklukkannya. Zionisme adalah otak dalam perebutan wilayah Palestina
dan serangkaian pembantaian yang dilakukan Yahudi.
Dengan berdatangannya bangsa Yahudi ke Palestina secara
besar-besaran, menyebabkan kemarahan besar penduduk Palestina. Gelombang
pertama imigrasi Yahudi terjadi pada tahun 1882 hingga 1903. Ketika itu
sebanyak 25.000 orang Yahudi berhasil dipindahkan ke Palestina.
Mulailah terjadi perampasan tanah milik penduduk Palestina oleh
pendatang Yahudi. Bentrokan pun tidak dapat dapat dihindari. Kemudian
gelombang kedua pun berlanjut pada tahun 1904 hingga 1914. Pada masa
inilah, perlawanan sporadis bangsa Palestina mulai merebak.
Berdasarkan hasil perjanjian Sykes Picot tahun 1915 yang secara
rahasia dan sepihak telah menempatkan Palestina berada di bawah
kekuasaan Inggris. Dengan berlakunya sistem mandat atas Palestina,
Inggris membuka pintu lebar-lebar untuk para imigran Yahudi dan hal ini
memancing protes keras bangsa Palestina.
Aksi Inggris selanjutnya adalah memberikan persetujuannya melalui
Deklarasi Balfour pada tahun 1917 agar Yahudi mempunyai tempat tinggal
di Palestina. John Norton More dalam bukunya The Arab-Israeli Conflict
mengatakan bahwa Deklarasi Balfour telah menina-bobokan penguasa Arab
terhadap pengkhiatan Inggris yang menyerahkan Palestina kepada Zionis.
Pada tahun 1947 mandat Inggris atas Palestina berakhir dan PBB
mengambil alih kekuasaan. Resolusi DK PBB No. 181 (II) tanggal 29
November 1947 membagi Palestina menjadi tiga bagian. Hal ini mendapat
protes keras dari penduduk Palestina. Mereka menggelar demonstrasi
besar-besaran menentang kebijakan PBB ini. Lain halnya yang dilakukan
dengan bangsa Yahudi. Dengan suka cita mereka mengadakan perayaan atas
kemenangan besar ini. Bantuan dari beberapa negara Arab dalam bentuk
persenjataan perang mengalir ke Palestina. Saat itu pula menyusul
pembubaran gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir dan pembunuhan terhadap
Hasan al-Banna yang banyak berperan dalam membela Palestina dari
cengkraman Israel.
Apa yang dilakukan Yahudi dalam merebut Palestina tidaklah terlepas
dari dukungan Inggris dan Amerika. Berkat dua negara besar inilah
akhirnya Yahudi dapat menduduki Palestina secara paksa walaupun proses
yang harus dilalui begitu panjang dan sulit. Palestina menjadi negara
yang tercabik-cabik selama 30 tahun pendudukan Inggris. Sejak 1918
hingga 1948, sekitar 600.000 orang Yahudi diperbolehkan menempati
wilayah Palestina. Penjara-penjara dan kamp-kamp konsentrasi selalu
dipadati penduduk Palestina akibat pemberontakan yang mereka lakukan
dalam melawan kekejaman Israel.
Tahun 1956, Gurun Sinai dan Jalur Gaza dikuasai Israel, setelah
gerakan Islam di kawasan Arab dipukul dan Abdul Qadir Audah, Muhammad
Firgholi, dan Yusuf Thol’at yang terlibat langsung dalam peperangan
dengan Yahudi di Palestina dihukum mati oleh rezim Mesir. Dan pada tahun
1967, semua kawasan Palestina jatuh ke tangan Israel. Peristiwa itu
terjadi setelah penggempuran terhadap Gerakan Islam dan hukuman gantung
terhadap Sayyid Qutb yang amat ditakuti kaum Yahudi. Tahun 1977, terjadi
serangan terhadap Libanon dan perjanjian Camp David yang disponsori
oleh mendiang Anwar Sadat dari Mesir
Akhirnya pada Desember 1987, perjuangan rakyat Palestina terhimpun
dalam satu kekuatan setelah sekian lama melakukan perlawanan secara
sporadis terhadap Israel. Gerakan Intifadhah telah menyatukan
solidaritas rakyat Palestina. Intifadhah merupakan aksi pemberontakan
massal yang didukung massa dalam jumlah terbesar sejak tahun 1930-an.
Sifat perlawanan ini radikal revolusioner dalam bentuk aksi massal
rakyat sipil.
Adanya kehendak kolektif untuk memberontak sudah tidak dapat ditahan
lagi. Untuk tetap bertahan dalam skema transformasi masyarakat yang
menghindari aksi kekerasan, maka atas prakarsa Syekh Ahmad Yassin
dibentuklah HAMAS (Harakah al-Muqawwah al-Islamiyah) pada bulan Januari
1988, sebagai wadah aspirasi rakyat Palestina yang bertujuan mengusir
Israel dari Palestina, mendirikan negara Islam Palestina, dan memelihara
kesucian Masjid Al-Aqsha. HAMAS merupakan “anak” dari Ikhwanul Muslimin
karena para anggotanya berasal dari para pengikut gerakan Ikhwanul
Muslimin. Perlawanan terhadap Israel semakin gencar dilakukan dan
mengakibatkan kerugian material bagi Israel berupa kehancuran
pertumbuhan ekonomi, penurunan produksi industri dan pertanian, serta
penurunan investasi. Kerugian lainnya yaitu hilangnya ketenangan dan
rasa aman bangsa Israel.
Tidak ada manipulasi sejarah yang lebih dahsyat dari pada yang
dilakukan kaum Zionis terhadap bangsa Palestina. Kongres Zionis I di
Basle merupakan titik balik dari sejarah usaha perampasan tanah
Palestina dari bangsa Arab. Namun hebatnya, para perampas ini tidak
dianggap sebagai ”perampok” tetapi malahan dipuja sebagai ”pahlawan” dan
bangsa Arab yang melawannya dianggap sebagai ”teroris” dan penjahat
yang perlu dihancurkan.
Salah satu kunci untuk memahami semua ini ialah karena sejak Kongres I
kaum Zionis sudah mengerti kunci perjuangan abad XX yakni: diplomasi,
lobi, dan penguasaan media massa. Herzl sebagai seorang wartawan yang
berpengalaman dengan tangkas memanfaatkan tiga senjata andal dalam
perjuangan politik abad modern ini. Sejak Kongres I, dia sangat rajin
melobi para pembesar di Eropa, mendekati wartawan, dan melancarkan
diplomasi ke berbagai negara. Hasilnya sungguh luar biasa. Zionisme
lantas diterima sebagai gerakan politik yang sah bagi usaha merampas
tanah Palestina untuk bangsa Yahudi.
Tokoh-tokoh Yahudi banyak terjun ke media massa, terutama koran dan
industri film. Hollywood misalnya didirikan oleh Adolf Zuckjor
bersaudara dan Samuel-Goldwyn-Meyer (MGM). Dengan dominasi yang luar
biasa ini, mereka berhasil mengubah bangsa Palestina yang sebenarnya
adalah korban kaum Zionis menjadi pihak ”penjahat”.
Apakah anda tau siapa yang menguasai kantor-kantor berita seperti
Reuter, Assosiated Press, United Press International, surat kabar Times
dan jaringan telivisi terkenal dunia serta perusahaan film di Holywood?
Semuanya adalah bangsa Yahudi. Reuter didirikan oleh Yahudi Jerman,
Julius Paul Reuter yang bernama asli Israel Beer Josaphat. Melalui
jaringan informasi dan media komunikasi massa inilah mereka menciptakan
image negatif terhadap Islam, seperti Islam Fundamentalis, Islam
Teroris, dan lain sebagainya. Demikian gencarnya propaganda ini,
sampai-sampai orang Islam sendiri ada yang phobi Islam.
Edward Said, dalam bukunya Blaming The Victims secara jitu
mengungkapkan bagaimana media massa Amerika menciptakan gambaran negatif
bangsa Palestina. Sekitar 25 persen wartawan di Washington dan New York
adalah Yahudi, sebaliknya hampir tidak ada koran atau TV Amerika
terkemuka yang mempunyai wartawan Arab atau Muslim. Kondisi ini berbeda
dengan media Eropa yang meskipun dalam jumlah terbatas masih memiliki
wartawan Arab atau muslim. Dengan demikian laporan tentang Palestina di
media Eropa secara umum lebih ”fair” daripada media Amerika.
Edward Said yang terkenal dengan bukunya Orientalism (Verso 1978),
menguraikan apa yang dilakukan kaum Zionis terhadap bangsa Palestina
merupakan praktik kaum Orientalis yang sangat nyata. Pertama, sejarah
ditulis ulang, yakni Palestina sebelum berdirnya Israel ialah: wilayah
tanpa bangsa untuk bangsa yang tidak mempunyai tanah air. Kedua, bangsa
Palestina yang menjadi korban dikesankan sebagai bangsa biadab yang jadi
penjahat. Ketiga, tanah Palestina hanya bisa makmur setelah kaum Zionis
beremigrasi ke sana.
Sumber: http://herianto.wordpress.com