class='date-header'>Sabtu, 20 Oktober 2012

Sultan Aceh

 1. Sultan Aceh

Dinasti Makota Alam

Di bawah ini merupakan daftar sultan-sultan Aceh dari Dinasti Makota Alam.

Sultan Aceh dari Dinasti Makota Alam
 
# Nama Masa pemerintahan Keterangan
1 Sultan Ali Mughayat Syah 1496-1528 / 7 Agustus 1530[1] Pendiri kerajaan, putera dari Syamsu Syah
2 Sultan Salahuddin ibn Ali Malik az Zahir 1528 / 1530[1]-1537 / 1539[1] putra dari No. 1. Wafat tanggal 25 November 1548.[1]
3 Sultan Alauddin ibn Ali Malik az Zahir
Sultan Alauddin Riayat Syah al-Qahhar
1537-1568 / 28 September 1571[1] putra dari No. 1 dan adik dari No. 2.
4 Sultan Ali ibn Alauddin Malik az Zahir
Sultan Husain Ali Riayat Syah
1568 / 1571[1]-1575 / 8 Juni 1579[1] putra dari No. 3.
5 Sultan Muda 1575 / 1579[1] putra dari No. 4. Baru berumur beberapa bulan pada saat dijadikan sultan.
6 Sultan Sri Alam
Sultan Firman Syah ibn Alauddin
1575-1576 / berkuasa hanya pada 1579[1] putra dari No. 3. Juga merupakan Raja Pariaman
7 Sultan Zainal Abidin ibn Abdullah 1576-1577 / berkuasa hanya pada 1579[1] cucu dari No. 3. Putra Sultan Abdullah Raja Aru

Sultan Aceh keturunan Perak

Sultan Aceh yang berasal keturunan Perak
# Nama Masa pemerintahan Keterangan
8 Sultan Alauddin Mansur Syah ibn Ahmad 1577 / 1579[1]-1589 / dibunuh sekitar 1586[1] Putra Sultan Ahmad, Sultan Perak 1549-1577.
Menantu dari No. 4.

Sultan Aceh keturunan Inderapura

Sultan Aceh yang berasal keturunan Inderapura
# Nama Masa pemerintahan Keterangan
9 Sultan Ali ibn Munawar Syah
Sultan Buyung
1589 / 1586[1]-1596 / 28 Juni 1589[1] anak seorang raja Indrapura.[1] (Sultan Munawar Syah)

Dinasti Darul-Kamal

Sultan Aceh dari Dinasti Darul-Kamal
# Nama Masa pemerintahan Keterangan
10 Sultan Alauddin Riayat Syah Sayyid al-Mukammil 1596 / 1589[1]-1604 cucu dari saudara ayahnya No. 1. putra dari Firman Syah, keturunan Inayat Syah, raja Darul-Kamal.[1]
11 Sultan Ali Riayat Syah 1604-1607 putra dari No. 10.[1]

Peleburan dari kedua dinasti tersebut

Sultan Aceh peleburan dari Dinasti Makota Alam dan Dinasti Darul-Kamal
# Nama Masa pemerintahan Keterangan
12 Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam 1607-27 Desember 1636 cucu (melalui ibu) dari No. 10 dan cicit dari No. 3 melalui ayah.[1]

Sultan Aceh keturunan Pahang

Sultan Aceh yang berasal keturunan Pahang
# Nama Masa pemerintahan Keterangan
13 Sultan Iskandar Tsani Alauddin Mughayat Syah 1636-15 Februari 1641 putra Sultan Pahang, Ahmad Syah II. Menantu dari No. 12 dan suami dari No. 14.

Sultanah Aceh

Sultanah Aceh
# Nama Masa pemerintahan Keterangan
14 Sri Ratu Safiatuddin Tajul Alam 1641-1675 Putri dari No. 12 dan istri dari No. 13
15 Sri Ratu Naqiatuddin Nurul Alam 1675-1678
16 Sri Ratu Zaqiatuddin Inayat Syah 1678-1688
17 Sri Ratu Zainatuddin Kamalat Syah 1688-1699 Saudari angkat dari No. 16, istri dari No. 18,
serta ibu dari No. 19 dan No. 20

Sultan-sultan Aceh Dinasti Syarif

Sultan Aceh dari Dinasti Syarif (Maulana)
# Nama Masa pemerintahan Keterangan
18 Sultan Badrul Alam Syarif Hasyim Jamaluddin 1699-1702 Suami dari No. 17, serta ayah dari No. 19 dan No. 20
19 Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui 1702-1703
20 Sultan Jamalul Alam Badrul Munir 1703-1726
21 Sultan Jauharul Alam Aminuddin 1726
22 Sultan Syamsul Alam 1726-1727

Sultan Aceh keturunan Bugis

Keturunan sultan-sultan terakhir Aceh yang masih memiliki garis keturunan Bugis.[2]
Sultan Aceh keturunan Bugis
# Nama Masa pemerintahan Keterangan
23 Sultan Alauddin Ahmad Syah 1727-1735
24 Sultan Alauddin Johan Syah 1735-1760 putra dari No. 23
25 Sultan Mahmud Syah 1760-1764 putra dari No. 24, ditumbangkan oleh
26 Sultan Badruddin Johan Syah 1764-1765 dipulihkan dan dikembalikan kepada
25 Sultan Mahmud Syah 1765-1773
27 Sultan Sulaiman Syah 1773 dipulihkan dan dikembalikan lagi kepada
25 Sultan Mahmud Syah 1773-1781
28 Alauddin Muhammad Syah 1781-1795 putra dari No. 25
29 Sultan Alauddin Jauhar al-Alam 1795-1823 putra dari No. 28. Wali dari No. 27 sampai tahun 1802. Digugat oleh
30 Sultan Syarif Saif al-Alam 1815-1820
29 Sultan Alauddin Jauhar al-Alam 1795-1823 Dikembalikan posisinya dengan bantuan Raffles, Inggris.[3]
31 Sultan Muhammad Syah 1823-1838 putra dari No. 29.
32 Sultan Sulaiman Syah 1838-1857 putra dari No. 31. Wali dari No. 33 sampai 1850, digugat oleh No. 33 pada 1870
33 Sultan Mansur Syah 1857-1870 putra dari No. 29.
34 Sultan Mahmud Syah 1870-1874 putra dari No. 32.
35 Sultan Muhammad Daud Syah 1874-1903 cucu dari No. 33. Wali dari Tuanku Hasyim sampai 1884. Ditangkap oleh Belanda dan turun takhta pada 1903.
(1)
 2. 21 Wasiat Sultan Aceh
 Selasa, 12 Juni 2012 16:17 WIB
Sebuah translaterisi manuskrip dari kerajaan Islam Aceh Bandar Darussalam telah ditemukan di perpustakaan Universiti Kebangsaan Malaysia. Manuskrip ini merupakan ‘Wasiat Sultan Aceh’ kepada pemimpin-pemimpin Aceh pada 913 Hijriah pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal hari Ahad bersamaan 23 Juli, 1507.
Isi buku tersebut ialah sebuah kunci untuk rakyat yg di simpan oleh Raja-Raja aceh terdahulu untuk generasi Aceh di masa yang akan datang, isi dalam buku tersebut hanyalah seuntaian wasiat sekaligus nasehat yg dipersembahkan kepada anak cucu generasi Aceh selanjutnya.

Apa yang dilakukan oleh Rakyat Aceh dahulu dalam keseharian mereka sehingga Aceh punya hari yang indah nan gemilang. Satu hal yang perlu dicermati bersama adalah pada saat Kerajaan Aceh Bandar Darussalam berdiri, Sultan Ali Mughayat Syah mengistiharkan “The Aceh Code” atau “Pohon Kerajaan Aceh”. “Aceh Code” ini merupakan 21 kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh rakyat Rakyat Aceh pada saat itu.

Beginilah transliterasi manuskrip dari Kerajaan Islam Aceh Bandar Darussalam yang bertajuk:

KEWAJIBAN RAKYAT KERAJAAN ISLAM ACEH BANDAR DARUSSALAM

Bismillahirrahmanirrahim, Amma Ba’du
1. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang lelaki lagi mukaallaf dan bukan gila iaitu hendaklah membawa senjata ke mana-mana pergi berjalan siang-malam iaitu pedang atau sikin panjang atau sekurang-kurangnya rincong tiap-tiap yang bernama senjata.

2. Tiap-tiap rakyat mendirikan rumah atau masjid atau baleeh-baleeh atau meunasah maka pada tiap-tiap tihang di atas puting di bawah bara hendaklah di pakai kain merah dan putih sedikit yakni kain putih.

3. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh iaitu bertani utama lada dan barang sebagainya.

4. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh mengajar dan berlajar pandai emas dan pandai besi dan pandai tembaga beserta ukiran bunga-bungaan.

5. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang perempuan iaitu mengajar dan belajar membikin tepun (tenun) bikin kain sutera dan kain benang dan menjaid dan menyulam dan melukis bunga-bunga pada kain pakaian dan barang sebagainya.

6. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar jual-beli dalam negeri dan luar negeri dengan bangsa asing.

7. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar ilmu kebal.

8. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang laki-laki mulai taklif syarak umur lima belas tahun belajar dan mengajar main senjata dengan pendekar silek dan barang sebagainya.

9. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh dengan wajib ain belajar dan megajar ilmu agama Islam syariah Nabi Muhammad SAW atas almariq ( berpakaian ) mazhab ahlu-sunnah wal jamaah r. ah ajmain.

10. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh menjauhkan diri daripada belajar dan mengajar ilmu kaum tujuh puluh dua yang di luar ahli sunnah wal jamaah r. ah ajmain.

11. Sekalian hukum syarak yang dalam negeri Aceh diwajibkan memegang atas jalan Mazhab Imam Syafi’i r.a. di dalam sekalian hal ehwal hukum syarak syariat Nabi Muhammad SAW. Maka mazhab yang tiga itu apabila mudarat maka dibolehkan dengan cukup syartan ( syarat ). Maka dalam negeri Aceh yang sahih-sah muktamad memegang kepada Mazhab Syafi’i yang jadid.

12. Sekalian zakat dan fitrah di dalam negeri Aceh tidak boleh pindah dan tidak diambil untuk buat bikin masjid-masjid dan balee-balee dan meunasah-meunasah maka zakat dan fitrah itu hendaklah dibahagi lapan bahagian ada yang mustahak menerimanya masing-masing daerah pada tiap-tiap kampung maka janganlah sekali-kali tuan-tuan zalim merampas zakat dan fitrah hak milik yang mustahak dibahagi lapan.


13. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh membantu kerajaan berupa apa pun apabila fardhu sampai waktu datang meminta bantu.

14. Diwajibkan diatas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar mengukir kayu-kayu dengan tulisan dan bunga-bungaan dan mencetak batu-batu dengan berapa banyak pasir dan tanah liat dan kapur dan air kulit dan tanah bata yang ditumbok serta batu-batu karang dihancur semuanya dan tanah diayak itulah adanya.

15. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar Indang Mas di mana-mana tempatnya dalam negeri.

16. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh memelihara ternakan seperti kerbau dan sapi dan kambing dan itik dan ayam tiap-tiap yang halal dalam syarak agama Islam yang ada memberi manfaaf pada umat manusia diambil ubat.

17. Diwajibkan ke atas sekalian rakyat Aceh mengerjakan khanduri Maulud akan Nabi SAW, tiga bulan sepuluh hari waktunya supaya dapat menyambung silaturrahmi kampung dengan kampung datang mendatangi kunjung mengunjung ganti-berganti makan khanduri maulut.

18. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahawa hendaklah pada tiap-tiap tahun mengadakan Khaduri Laut iaitu di bawah perintah Amirul Bah yakni Panglima Laot.

19. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh mengerjakan Khanduri Blang pada tiap-tiap kampung dan mukim masing-masing di bawah perintah Penglima Meugoe dengan Kejrun Blang pada tiap-tiap tempat mereka itu.

20. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahawa tiap-tiap pakaian kain sutera atau benang atau payung dan barang sebagainya yang berupa warna kuning atau warna hijau tidak boleh memakainya kecuali yang boleh memakainya iaitu Kaum Bani Hasyim dan Bani Muthalib yakni sekalian syarif-syarif dan sayed-sayed yang turun menurun silsilahnya daripada Saidina Hasan dan Saidina Husin keduanya anak Saidatina Fatima Zahra Nisa’ Al-Alamin alaihassalam binti Saidina Rasulullah Nabi Muhammad SAW; dan warna kuning dan warna hijau yang tersebut yang dibolehkan memakainya iaitu sekalian kaum keluarga ahli waris Kerajaan Aceh Sultan yang raja-raja dan kepada yang telah diberi izin oleh kerajaan dibolehkan memakainya; kepada siapapun.

21. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahwa jangan sekali-kali memakai perkataan yang hak kerajaan: titah,  sabda, Karunia, anugerah, murka, daulat, Seri Pada (Paduka), Harap Mulia, Paduka Seri, Singgahsana, tahta, Duli Hadrat, Syah Alam,  Seri Baginda, Permaisuri, Ta.

Maka demikianlah sabda muafakat yang sahih-sah muktamad daripada Kerajaan Aceh Bandar Darussalam adanya.(2)
Sumber: 1. (http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_penguasa_Aceh)
              2. (http://theglobejournal.com/seni-budaya/21-wasiat-sultan-aceh/index.php)

Tidak ada komentar: