class='date-header'>Selasa, 20 Oktober 2015

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Terobosan Baru Pemerintahan JokoWi

Jakarta ‐‐ Pembentukan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menjadi salah satu terobosan dalam pemerintahan Joko Widodo atau lebih dikenal dengan nama lain Jokowi, sebagai Presiden ke-tujuh Republik Indonesia. 

Bidang ekonomi kreatif yang semula bernaung di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kini dipisahkan dan berdiri sendiri karena Jokowi ingin memberikan perhatian lebih bagi industri kreatif.

Sayangnya, tidak mudah bagi pemerintahan Jokowi merealisasikan lembaga tersebut. Dalam tempo tiga bulan setelah dirinya dilantik, Jokowi pun melantik Triawan Munaf sebagai Kepala Badan Ekonomi Kreatif, pada 26 Januari 2015.

Bekraf diharapkan bisa menangani 16 sektor ekonomi kreatif di Indonesia, yaitu musik, fesyen, film, animasi video, fotografi, kriya (kerajinan tangan), kuliner, aplikasi dan pengembangan game, arsitektur dan desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni‎ rupa, televisi dan radio. 

Kini, sembilan bulan dibentuk, masyarakat masih menanti aksi nyata Bekraf. Persoalannya, sampai saat ini, belum ada pergerakan berarti dari lembaga tersebut. Letak kantornya saja masih sering dipertanyakan banyak orang.

Saat ditemui CNN Indonesia, baru-baru ini, Triawan Munaf membenarkan memang sulit membangun lembaga yang benar-benar baru. Baginya, butuh waktu lama agar lembaga yang sudah ditunggu-tunggu masyarakat itu bisa memberikan performa terbaik.

Juga ada banyak hal yang harus disusun Triawan sebelum menjalankan programnya. Mulai dari pemilihan lokasi gedung, sampai penunjukan pejabat yang akan membantunya, semua harus dilakukan dengan benar-benar matang.

Untungnya, ayah penyanyi Sherina Munaf itu mengatakan pejabat Bekraf kini sudah siap. Perihal lokasi kantor pun tinggal menunggu proses lelang untuk didesain. Sementara waktu, kantor Bekraf terpisah menjadi tiga, di Jalan Kimia, kawasan Kemang, dan kawasan Slipi.

Dari segi program, Triawan mengatakan pihaknya sudah siap untuk menjalankan seabrek program yang telah disusun. Mereka pun sudah menyiapkan tiga prioritas Bekraf di sektor ekonomi kreatif. Ketiga prioritas, yaitu film, musik dan aplikasi.

"Keenam belas subsektor itu semuanya harus diurus, tapi kami memang punya program prioritas, yaitu film, aplikasi sama musik," kata Triawan saat ditemui di kawasan Senayan, baru-baru ini.

Pria yang pernah bergabung dalam grup musik beraliran progressive rock ini mengatakan, bukan perkara mudah untuk menggarap tiga subsektor prioritas tersebut. Untuk film saja, Bekraf masih harus melakukan harmonisasi dan membuat regulasi sebelum melakukan sebuah aksi.

"Tahun ini, kami masih mengurus masalah harmonisasi dan regulasi karena film itu masih di bawah Dikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/Kemendikbud). Selama itu masih di bawah Dikbud, saya tidak bisa sentuh karena Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 menyatakan film di bawah Dikbud,' ujar Triawan.

Harmonisasi dan pembentukan regulasi baru pun bukan hal mudah bagi Bekraf dan Kemendikbud. Apalagi Kemendikbud masih mau melakukan pergantian pejabat yang pasti akan berpengaruh pada koordinasi dua lembaga tersebut.

Untuk sementara ini, selagi regulasi tentang film masih di bawah Kemendikbud, Bekraf dan kementerian yang dipimpin Anies Bswedan itu akan berbagi tugas.

"Kami akan berbagi tugas. Untuk sifanya aksi, pengarsipan, film dokumenter, itu Bekraf, untuk pendidikan dasar film mungkin masih di sana. Ada matriksnya sudah kami buat," kata sepupu Fariz RM.

Di sisi lain, untuk industri musik, Triawan mengaku sudah melakukan aksi mendorong pemberantasan pembajakan musik di Indonesia. Langkah yang sudah ia tempuh adalah dengan membentuk Satgas Penanganan Pengaduan Pembajakan atau Satgas Anti Pembajakan, sekitar tiga bulan lalu. 

Tapi baru pada September, Bekraf berkoordinasi dengan Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) untuk menyatukan standar operasional prosedur.

Hal ini dilakukan untuk membantu penegak hukum memberantas pembajakan di Indonesia. Sebab, kata Triawan, merekalah pihak yang paling berwenang.

"Pelanggaran hak cipta itu deliknya aduan. Kalau tidak ada yang mengadu ya tidak apa-apa, di depan kantor polisi ada bajakan juga didiamkan sama mereka. Berbeda halnya bila si pencipta atau pemilik lagu melapor kepada polisi dengan bukti yang lengkap, maka bisa diperperkarakan.

Satgas Anti Pembajakan itu berperan menyosialisasikan cara menyampaikan pengaduan yang benar. Hal ini dilakukan agar pengaduan tersebut berkualitas dan tidak ditolak penegak hukum karena aduannya dianggap tidak lengkap. 

"Ini juga berfungsi untuk membangun kesadaran seniman sebagai pengadu. Nanti ada juga kampanye untuk masyarakat supaya tidak membeli produk bajakan," ujar Triawan.

Sementara itu, untuk mendukung subsektor aplikasi dan pengembangan game, Bekraf akan membantu para pembuat aplikasi atau founder aplikasi tersebut mengambangkan aplikasi milik mereka. Bekraf akan berperan sebagai inkubator.

Triawan mengatakan, tidak semua founder yang sudah menciptakan aplikasi memiliki dana untuk mengembangkannya. Ia siap melakukan pendampingan terhadap para founder demi memajukan industri teknologi dan industri kreatif di Indonesia.

"Mereka kadang tidak punya modal memasarkan. Nanti aplikasi yang besar akan dikawinkan dengan pemodal yang besar supaya tercipta miliuner yang besar. Yang kita belum punya kan miliuner seperti Facebook, Mark Zuckerberg, orang muda yang kekayaannya bisa satu miliar dolar. Kita ingin menciptakan orang seperti itu di Indonesia," kata Triawan.

Melihat semua kondisi itu, tampaknya masyarakat harus bersabar lagi menanti terobosan-terobosan Bekraf untuk Indonesia. Pasalnya, bukan perkara mudah untuk membuat sebuah lembaga baru di negeri yang penuh dengan regulasi dan aturan hukum ini. 

Tapi, Triawan optimis, ekonomi kreatif Indonesia akan terus tumbuh, meskipun ekonomi dunia sedang melemah. Sektor industri yang menggunakan kreativitas, dirasa akan lebih mudah tumbuh dibandingkan dengan industri yang bergantung pada sumber daya alam. 

"Industri yang sifatnya servis seperti pariwisata dan ekonomi kreatif Insya Allah tidak mengalami penurunan," kata Triawan. "Musik, kuliner, fesyen, itu akan tumbuh semua."

Semoga bermanfaat atas informasi ini, Apa tanggapan kawan2. tulis komentar dibawah.

Oleh: Yus Aceh
Sumb: CNN Indonesia.Com

Tidak ada komentar: