class='date-header'>Kamis, 15 Oktober 2015

Singkil Kota Tua yang Berpindah

ACEH SINGKIL dalam beberapa hari ini, pascabentok dua kelompok massa telah menjadi perhatian dari berbagai penjuru dunia. Semua tertuju ke negeri ini, negeri Hamzah Fansuri, seorang ulama sufi dan sastrawan yang hidup di abad ke-16.
Bagaimana sejarah Singkil bermula? sebuah buku berjudul Sejarah "Singkil Dalam Konstelasi Sejarah Aceh" yang ditulis Sadri Ondang Jaya mengupas asai mula kabupaten ini yang konon telah ada sejak zaman Nabi Sulaiman a.s.
Seperti ditulis di buku yang diterbitkan Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia, di kalangan masyarat Aceh Singkil, berkembang cerita bahwa Singkil telah ada sejak masa Nabi Sulaiman As.
Lokasi Singkil ini disinyalir berada di daerah antara Gelombang dan Kuala Kepang, Sultan Daulat, sekarang masuk dalam wilayah Pemerintah Kota Sibulussalam. (Baca: Sadri Ondang Menulis Buku Sejarah Singkil)
Akibat terjadinya berbagai peristiwa alam, Kuala Kepang dan Gelombang, sekarang posisinya telah berada di hulu Sungai Singkil. Apakah cerita ini sebuah lelucon atau fakta? Dan sejauh mana kebenarannya, agaknya sulit untuk dibuktikan. Karena belum ada referensi dan situs sejarah yang autentik tentang hal ini, hanya riwayar-riwayat dari mulut ke mulut di seputar masyarakat.
Ada juga nukilan sejarah yang mengatakan, bahwa Singkil telah ada pada zaman Batu Tengah (Mesolitikum) atau paling tidak sejak zaman batu baru (neolitikum + 5000-2000 SM).
Tetapi yang jelas, berdasar buktikan sejarah, Singkil yang dulu, bukanlah Singkil yang sekarang. Singkil yang dulu, telah lama hilang, tenggelam, disapu gelombang. Nun, jauh di tengah lautan.

Secara geografis, Singkil lama itu, terletak di arah Barat Kota Singkil sekarang. Nelayan sering menyebutnya dengan Ujung Sigambung atau Berok.

Kota Singkil ini, pertama kali dibangun oleh raja-raja Singkil, sekitar pertengahan abad ke- 7 hingga abad ke-19. Di Kota Singkil pertama ini, terdapat bandar yang sangat terkenal dan tersibuk di pantai Barat Aceh.
Pelabuhan ini ramai disinggahi kapal-kapal asing dari Asia, Afrika, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika. Juga tidak ketinggalan kapal-kapal dari Tiku, Pariman, dan kapal dari belahan Timur Indonesia.
Di Kota Singkil ini juga, telah tersedia berbagai fasilitas yang lumayan lengkap. Seperti, pasar, rumah controleur, pendapa, kantor keuangan, kantor duane dan pelabuhan, serta rumah sakit. Tentu terdapat juga, istana raja dan perumahan penduduk.
Penduduk Kota Singkil ketika itu, hanya berjumlah 2.104 orang. Terdiri dari 6 orang Eropa, 55 orang Cina, 183 orang Arab dan selebihnya penduduk setempat dari berbagai etnis dan kelompok suku bangsa (Fajri Alihar, 20002:hal 27). Di sana terdapat kebun lada, nilam, dan tanaman komoditi ekspor lainnya.
Malang tak dapat ditolak, mujur tak bisa diraih, pada tanggal 12 Februari 1861 Kota Singkil ini digoyang gempa tektonik yang sanggat dasyat dan dibarengi pula dengan geloro laut atau yang dikenal sekarang dengan sebutan tsunami. (E.B. Kielstra, 1892). Kota Singkil hancur berantakkan dan tenggelam disapu gelombang, yang tinggal hanya puing-puing bangunan.

Peristiwa gempa dan tsunami ini dinukilkan oleh Moehammad Saleh dalam buku outobiografinya, Riwajat Hidoep dan Perasaian Saja, yang ditulisnya pada tahun 1965. Dalam buku itu Saleh mengatakan, hingga pertengahan abad ke-19, kota Singkil masih menjadi salah satu pusat perdagangan terbesar di Aceh.
Sekitar awal tahun 1861, Saleh berlayar ke Singkil untuk berdagang. Dalam melakukan aktifitas dagangannya itu, Saleh menginap beberapa hari di Singkil, di sebuah penginapan yang tidak jauh dari pelabuhan.
Setelah urusan dagang selesai, lalu Saleh kembali berlayar ke Pariaman. ”Belum lama saya di Pariaman, sekembali dari Singkil, pecah kabar bahwa pasar Singkil terbenam karena diterpa geloro (naiknya air laut atau semacam tsunami) yang disertai gempa bumi,” tulis Saleh.
Gempa dan geloro itu disebut Saleh, telah menenggelamkan Karang Gosong Jawijawi yang berada di dekat Singkil. ”Bukan hanya Pasar Singkil yang tandas, kebun kelapa, kebun lada, perkuburan pun disapu licin oleh air bah. Banyak orang mengungsi, melarikan badan ke bagian selatan Singkil,” ucap saleh.

Semoga bermanfaat atas informasi ini, Apa tanggapan kawan2. tulis komentar dibawah..

Oleh: Yus Aceh
Sumb: Serambi Indonesia.com

Tidak ada komentar: